KANALPONOROGO.COM: Tim SAR gabungan dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menyatakan melanjutkan evakuasi dan pencarian korban bencana alam tanah longsor di Desa Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur.
Hal ini disampaikan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, usai rapat evaluasi operasi pencarian korban setelah tujuh hari pertama penetapan tanggap darurat, Sabtu(08/04/2017).
Hampir seluruh lokasi yang memungkinkan telah disisir dengan berbagai cara dan peralatan yang ada. Namun hingga hari ketujuh pencarian, Sabtu(08/04/2017) tim SAR hanya menemukan tiga jenazah korban dan 25 jasad lain belum berhasil ditemukan.
“Dari masukan tim pencari dan kades, sebenarnya sudah pesimistis untuk menemukan korban. Tapi warga, terutama keluarga korban meminta untuk dilakukan pencarian dengan titik-titik yang mereka (warga) curigai sebagai tempat para korban tertimbun karena mereka tahu kebiasaan orang-orang yang hilang itu. Mereka masih sangat berharap jasad keluarganya ditemukan,” ungkap Ipong Muchlissoni kepada kanalindonesia.com.
Ipong menyatakan, bila setelah perpanjangan waktu pencarian yang masih sangat tentatif waktunya, maka operasi pencarian bisa dihentikan.
“Kalau kemudian ternyata tidak ditemukan dan warga ikhlas, maka akan kita hentikan. Yaitu setelah kita perpanjang satu hari atau dua hari atau sampai tujuh hari,” ujar Ipong.
Sementara itu, komandan Lapangan SAR Longsor Ponorogo Asnawi Suroso menyatakan, saat ini pencarian telah mencapai hampir seluruh kawasan yang seluas sekitar 2 hektare. Hanya kawasan sungai yang berada di tengah-tengah tumpukan material longsor atau berada di kawasan Dusun Tangkil. Sungai tersebut membuat longsoran mudah amblas sehingga alat berat sulit mendekat. Termasuk untuk pencarian manual.
“Selain itu sudah kita sisir dan hasilnya nihil. Tinggal kawasan sungai itu, yaitu antara sektor A dan sektor B. Daerah itu belum terjamah karena masih sangat berbahaya,” kata Asnawi.
Pencarian lanjutan akan lebih banyak dilakukan di sektor C dan sektor D atau di ujung dari jalur longsoran.
Di lokasi tersebut diduga cukup banyak korban jasad yang tertimbun. Juga membuat jalur di sektor D agar bila terjadi hujan deras tidak terjadi aliran mirip lahar dingin ke permukiman warga di bawahnya tapi langsung ke sungai.