KANALPONOROGO-Satu-satunya karet yang tersisa sebagai penahan air Dam Sungkur yang berada di Desa Blembem, Kecamatan Jambon jebol.
Akibat bocornya karet penahan air tersebut membuatnya kempis dan tidak bisa menahan air, sehingga dam yang dibangun untuk menampung air tersebut sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Karena air tidak lagi bisa ditampung di Dam tersebut dan langsung mengalir ke sungai yang dibarada dibawahnya, membuat ribuan hektare lahan sawah di empat kecamatan di Ponorogo terancam kesulitan mendapatkan air. Bendungan pun tidak bisa berfungsi menampung air untuk dialirkan ke sekitar 1.584 hektare sawah.
Kades Pulosari, Kecamatan Jambon, Senun menyatakan, para petani di desanya sangat merasakan dampak dari tidak berfungsinya bendungan tersebut. Sebab saat ini para petani telah memasuki masa tanam. Dan padi yang telah berumur rata-rata dua pekan inipun terncam gagal panen.
“Kalau air tidak tersedia, padi bisa terganggu tumbuhnya. Bahkan bisa puso dan gagal panen,” ujar Kades Pulosari Senun kepada kanalponorogo, Kamis (7/1).
Informasi yang dihimpun menyebutkan, sebelumnya dam tersebut terdiri dari tiga bagian pintu air yang terbuat dari karet dan bisa dikembang kempiskan untuk menahan dan mengurangi debit air.
Hampir sepuluh tahun lalu, dua karet di bagian kanan dan kiri telah jebol sehingga untuk membendung air, telah dibuatkan bangunan cor setinggi sekitar 1 meter menggantikan karet yang telah jebol sebelumnya. Karet bendung yang berfungsi pun tinggal satu buah, yaitu yang berada di tengah.
“Karet yang di tengah bocor sekitar satu bulan lalu, pas mulai musim hujan. Karena kempis, air langsung melimpas ke sungai dan terbuang sia-sia. Bisa jadi banjir. Kali Sungkur ini langsung mengalir ke Bengawan Madiun,” ujar Senun.

Dikatakannya, petani pun harus mengatasi kondisi ini dengan menggunakan pompa air disel dari sumur. Namun hal ini mengakibatkan ongkos tanam menjadi lebih tinggi. “Ini kan musim hujan, seharusnya air tidak jadi masalah. Tidak perlu pompa. Tapi kalau begini, yang ada uang ya beli pompa, yang tidak ya risikonya kesulitan dapat air. Air dari bendung itu andalan warga sini,” urai Senun.
Salah satu penjaga bendungan, Edi, menyatakan, karet dam bocor sekitar satu bulan lalu. Semula warga tidak terlalu memperhatikan, namun setelah musim hujan dan masuk masa tanam, warga baru merasakan dampaknya.
“Kami sudah melaporkan ke atasan. Karetnya bocor lalu gembos,” ujar Edi.(wad/kanalponorogo)