KANALNGAWI-Jelang bulan Ramadhan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Ngawi gelar razia untuk membersihkan penyakit masyarakat (Pekat) yang terdiri dari pekerja sex komersial (PSK) dan para pengemis serta pengamen, Sabtu(28/05/2016).
Operasi pertama sekitar pukul 15.00 WIB menyasar lokasi esek-esek berkedok warung kopi di pinggir jalan Jalur Ngawi-Maospati tepatnya di Dusun Bulakan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, atau depan gudang Bulog.
Ditempat ini, Satpol PP hanya mendapati satu orang PSK sedangkan dua lainya kabur setelah mengetahui tempat mangkalnya didatangi puluhan petugas. Tidak mau buruanya lepas petugas pun langsung menyisir setiap kamar yang disinyalir dijadikan tempat praktek para pekerja komersial terebut.
“Tadi sewaktu petugas datang memang para perempuan (PSK-red) yang ada didalam langsung kabur. Ada satu yang terjaring itu pun berusaha lari dan sempat bersembunyi disemak-semak belakang warung itu,” terang Arif Setyono Kasi Penegakan Perda Satpol PP Kabupaten Ngawi, saat berlangsung operasi.
Usai mendapat hasil buruan PSK operasi, diteruskan dengan sasaran dibeberapa titik perempatan dalam kota. Seperti di perempatan terminal lama petugas mendapati dua orang pengemis perempuan dengan modus gendok anak dibawah umur dan satu pengemis lainya. Tidak hanya itu dua orang laki-laki yang diyakini sebagai pengamen turut diamankan.
“Operasi yang kita lakukan memang mendasar laporan masyarakat adanya PSK maupun pengemis dan anak jalanan sendiri. Apalagi sebentar lagi memasuki bulan puasa maka sudah menjadi kewajiban kita untuk melakukan penertiban,” tambah Arif.
Dari hasil razia tersebut Satpol PP kemudian melakukan pendataan terhadap para PSK maupun pengemis dan anak jalanan.
Terhadap mereka akan dikenakan sanksi peringatan untuk tidak mengulangi lagi dengan dinyatakan dalam surat pernyataan.
Disebutkanya, PSK yang terjaring berinisial SM (42) perempuan dari Desa Tempuran, Kecamatan Paron, sedangkan kedua pengemis modus gendong anak tercatat sebagai warga Ngawi. Namun pengamen laki-laki setelah diinterogasi petugas mengaku dari Bojonegoro.
Sementara itu PSK berinisal SM sesuai pengakuanya telah terjun ke tempat esek-esek selama 7 bulan. Itu pun dilakukan dengan alasan klasik karena faktor ekonomi setelah cerai dengan suaminya. Bahkan per harinya SM mampu melayani para hidung belang lebih dari 5 orang dengan tarif setiap kencanya Rp 50 ribu.
“Kalau ramai ya mampu melayani lima orang rata-rata sudah tua yang datang. Tempat mainya ya didalam kamar warung itu biar aman dari penyakit jelas saya suruh pakai kondom,” pungkas SM. (dik/kanalponorogo.com)