Hujan Tangis Warnai Pemakaman Korban Lawu
KANALPONOROGO-Suasana kesedihan dan hujan tangis dari puluhan orang yang merupakan kerabat ataupun sanak family serta teman, menjelang pemakaman para korban kebakaran hutan lereng Gunung Lawu yang terjadi pada Minggu kemarin, (18/10).
Pemandangan itu juga nampak dirumah duka Awang Feri Dwi Pradika di Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi Kota, Kabupaten Ngawi. Para pentakziyah terlihat wajah pucat sambil duduk dikursi depan rumah salah satu korban tragedy Gunung Lawu ini.
Sebagian duduk santai dengan berbincang dengan nada lirih, sebagian justru menangis tersedu mengenang semasa hidup korban. Tak heran keheningan pun lebih sering menggelayut dalam kondisi dukacita tersebut. Namun seketika, senyap tersebut sirna. Mobil ambulan dengan sirine nyaring memecah keheningan.
Seketika petakziyah berdiri, kontan saja konsentrasi pandangan tertuju ke mobil ambulan yang mengangkut jenasah Awang saat tiba dihalaman rumah duka. Tentunya kedatangan jenasah tersebut membuat isak tangis pecah. Salah satunya yang paling histeris adalah Sunarto alias Rino, ayah almarhum Awang.
Sambil tergopoh-gopoh, Rino berusaha menghampiri peti jenasah anaknya yang masih digotong beramai-ramai. Tak ayal, Rino pun segera didekati sanak familinya untuk ditenangkan. Sedangkan jenasah tetap digotong menuju ruang depan rumah.
Dari pantauan, Rino berteriak histeris meminta kepada Feri Eko Budi Hartanto kakak Awang untuk mengambilkan sebuah kemeja milik putra bungsunya itu. Usai masuk kedalam rumah, Budi demikian panggilan akrabnya, kembali keluar dengan membawa sebuah kemeja berwarna hitam dengan corak hijau.
Dibagian belakang bertulisakan New Viking, sedangkan dibagian dada depan tertulis pula nama Awang Feri. ‘’ Seragam komunitas motor Awang, New Viking, ‘’ tutur Budi.
Kedatangan Budi dengan kemeja tersebut langsung saja disambar oleh Rino. Pria berusia 40 an tahun itu langsung memeluk erat dan menciumi kemeja anak kesayanganya itu. Pemandangan yang cukup ‘trenyuh’ ini mengundang tangis para sanak familinya bahkan para sahabat korban terlihat menangis terisak-isak.
Setelah mendapatkan kemeja yang diambilkan Budi, Seketika Rino berjalan terhenyak didampingai beberapa orang lainya mendekati jenazah putranya. Kemeja tersebut selanjutnya diselimutkan di atas peti jenzah putranya sambil mendekap peti jenasah.
Berbeda dengan pemakaman Rita Septi Nurika. Tak ada perlakuan khusus usai kedatangan ambulan pengangkut peti jenasah mahasiswi semester 5 Fakultas Ekonomi Universitas Soerjo itu. Hanya saja, jenasah langsung diarahkan ke pemakaman desa setempat yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer dari rumah duka yang ada di Gang Kenongo, Desa Gelung, Kecamatan Paron.
Dari keterangan yang ada disebutkan antara Awang dan Rita merupakan pasangan kekasih yang mau melangsungkan pernikahan pada tahun depan. Namun takdir berkehendak lain pasangan yang diketahui telah tunangan ini menjadi korban ganasnya alam lereng Gunung Lawu.
“Tentunya sangat kehilangan korban (Rita-red) dia menjadi sahabat saya sudah lama. Sebelum kepergian sahabat saya ini memang tidak ada firasat apa-apa hanya saja sempat bilang mau nikah dengan Awang itu saja,” kata Fini sahabat Rita.(dik/kanal-ponorogo).