KANALPONOROGO-Warga Dukuh Krajan, Desa Talun, Kecamatan Ngebel yang mengungsi akibat adanya retakan tanah yag berada di Bukit Banyon semakin bertambah.
Awalnya pada Minggu(17/04/2016) malam, warga yang diungsikan yang berada tepat dibawah retakan tanah (status ring 1) berjumlah 135 orang (39 KK).
Menyusul terjadinya gerakan tanah yang bergeser turun sekitar 75 centimeter didekat retakan pertama, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo kembali mengungsikan 173 warga(70 KK) warag yang berada di samping kanan kiri retakan pertama dengan status ring 2.
Hingga saat ini jumlah warga yang diungsikan dalam dua gelombang tersebut berjumlah 308 orang, para pengungsi ini ditempatkan di balai desa, Puskesmas, ruang PAUD dan di rumah warga di sekitar Balai desa.
“Kami selalu berkoordinasi dengan Muspika dan instansi terkait guna melakukan pemantauan dan pengamanan lokasi tanah gerak ini. Selain itu kami juga menghimbau kepada warga untuk tetap waspada,”ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Ponorogo, Bediyanto.
Sampai dengan saat ini pihak BPBD Kabupaten Ponorogo masih menunggu kedatangan tim Geologi dari Bandung yang akan melakukan penelitian dilokasi retakan/gerakan tanah.
Aktifitas warga masyarakat yang mengungsi pada siang hari jika tidak hujan bekerja seperti biasa dan malam hari kembali ke pengungsian.
Sementara itu dari hasil survei pihak Perhutani, terkait tanah gerak/retakan di petak 80 B area hutan pinus Perhutani Margo Ploso Desa Talun, Kecamatan Ngebel Asper Perhutani Gunung Wilis Bagian Barat, Narlan menjelaskan, lokasi tanah gerak/retakan di petak 80 B area hutan pinus Perhutani Lawu didapati sepanjang 1 Km melingkar membentuk tapal kuda dengan kedalaman tanah yang amblas dari permukaan sekitar 70 centimeter dengan lebar kerenggangan tanah sekitar 20 centimeter dan jika longsor jarak dari perkampungan sekitar 2 Km dengan dimensi kemiringan bukit 45 derajat.(wad/kanalponorogo)